"Ibu, aku
berangkat ya." Andra melihat jam tangan kemudian ia memasang sepatu.
Di mulutnya masih terdapat sisa sarapan.
"Tungga sayang, kau sudah baca semua kan
email dari sekolah?"
kata Ibu Andra mengingatkan.
"Aku baru baca
tadi, Aku sudah bawa semua perlengkapan yang disuruh."Jawab Andra.
“Yakin sudah semua?.”
Andra membuka HPnya kemudian membuka email.
“Hmm.. seragam smp asal,cek. Sepatu hitam, cek. Datang jam 6:30, cek.”
Andra memeriksa lagi email itu. Ketika Andra sudah yakin tidak kelupaan apapun,
Ia menyadari suatu info yang terlewat. “Bu, Aku masuk kelas X-3. Aku berangkat
ya.”
“Iya,hati-hati.” Kata ibu
Andra berangkat sekolah, menaiki sepeda hitam yang masih awet sejak
sekolah dasar. Berangkat sekolah sekaligus olahraga baru-baru ini ia terapkan,
mengingat ia ingin menjaga kondisi tubuhnya. Pukul enam, ia sampai di sekolah
barunya.
“Pagi Pak, sepeda taro sini boleh?”
Pak Satpam mengangguk
“Masih sedikit yang datang, yasudahlah aku jalan-jalan bentar.” Kata
Andra setelah ia memarkirkan sepeda di tempat parker motor. Ia sempat bertanya-tanya
bila disediakan parker motor apakah murid disini boleh bawa motor atau khusus
karyawan. Ia tidak mau berpikir banyak di hari pagi itu sehingga ia menghilangkan
penasarannya itu.
“Haaah…” Ia menghembuskan nafas, matanya memandang pepohonon yang
berbaris di trotoar. Andra kemudian duduk di bangku taman yang tersedia,
memanjangkan tangan dan kakinya seraya merasakan sejuknya udara pagi. Berada
di sini sangat menenangkan. Coba bisa gini lebih lama
Seiring waktu berlalu, semakin Andra tidak bisa menikmati suasana pagi.
Setiap menitnya makin banyak kendaraan melintas baik motor maupun mobil. Andra
merasa cukup dan kembali ke gerbang sekolah. Pemandangan sudah berbeda dari
sekitar setengah jam lalu.
“Hero!!”Suara lembut
dan bersemangat, seperti gadis yang memanggil kuat pasangannya setelah terpisah
sekian lama. Suara itu benardatang dari
seorang gadis. Gadis dengan pakaian putih biru khas smp itu melambaikan
tangannya. Namun, orang yang ia panggil tampaknya tidak mendengarnya. Ia
memanggilnya lagi.
“Hero!” Kali ini suaranya lebih kuat dan keras, tetap saja orang yang ia
panggil yang saat ini di depan gerbang tidak memerhatikan, malah ia memunggungi
gadis itu. “Wis, cukup.” Ucapnya dengan logat jawa.
Andra mengecek jam, sebentar lagi
pukul setengah tujuh. Ketika ia baru masuk gerbang, ia baru ingat sesuatu.
Kunci gembok sepedanya masih tertancap, lupa ia ambil. Baranngkali tadi ia terlena
oleh suasana pagi di sini. Akan repot kalau ada apa-apa, ia bergegas ingin
mengambil kunci gemboknya.
“Excuse-moi. Emm.. is it.. apakah ini
68?.”
“
AND
THEN THEY ALL F***ED
Happy ending for all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar